muslimahumay.blogspot.com

Patterned Text Generator at TextSpace.net

Senin, 12 November 2012

Kegiatan Geografi 2010

pada saat strategi pembelajaran
di museum geologi, di belakang kami merupakan kerangka atau fosil T-REX
Pada saat ke Bocha :)
ini merupakan contoh dari Strategi Pembelajaran yang mengunakan metode penomoran di kepala :D

KEBERSAMAAN GEOGRAFI 2010 :)

Beberapa foto yang mengambarkan kebersamaan kami :) ini adalah foto kami di depan auditorium
ini adalah foto kami pada saat praktikum ke ragunan, disini kami sedang mewawancarai petugas raguan
ini adalah foto kami pada saat Staregi Pembelajaran. Percobaan tentang lutusan gunung berapi yang mengunakan media lilin sebagai gunungnya.

Minggu, 28 Oktober 2012

siklus batuan

Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari. Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan dan mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, proses erosi mentansportasikan regolit dan kemudian mengendapkannya sebagai sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun dan mengalami kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen. Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan kerak Bumi menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi. Penimbunan yang lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh membentuk magma yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru. Pada berbagai tahap siklus batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan sehingga batuan tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus batuan ini akan terus berlanjut tanpa henti. Dari kesimpulan diatas, jika kita hubungkan siklus batuan dengan sedimentologi, maka batua sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri

sayap-sayap patah

Wahai Langit Tanyakan pada-Nya Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini.. Begitu rapuh dan mudah terluka.. Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh Saat berselimut cinta dan asa.. Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu Didalam hati ini.. Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya Menghimpun berjuta asa Memberikan semangat.. juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa Menghimpit bayangan Menyesakkan dada.. Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa… Wahai ilalang… Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini Mengapa kau hanya diam Katakan padaku Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini.. Sesuatu yang dibutuhkan raga ini.. Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali Desiran angin membuat berisik dirimu Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku Aku tak tahu apa maksudmu Hanya menduga.. Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana Menunggumu dengan setia.. Menghargai apa arti cinta… Hati yang terjatuh dan terluka Merobek malam menoreh seribu duka Kukepakkan sayap-sayap patahku Mengikuti hembusan angin yang berlalu Menancapkan rindu…. Disudut hati yang beku… Dia retak, hancur bagai serpihan cermin Berserakan …. Sebelum hilang di terpa angin… Sambil terduduk lemah…. Ku coba kembali mengais sisa hati Bercampur baur dengan debu Ingin ku rengkuh… Ku gapai kepingan di sudut hati… Hanya bayangan yang ku dapat…. Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini Ia telah patah.. Tertusuk duri-duri yang tajam…. Hanya bisa meratap…. Meringis.. Mencoba menggapai sebuah pegangan..

Minggu, 23 September 2012

Geografi Desa kota

• Pengertian Interaksi Desa-Kota Interaksi Desa Kota adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa. • Hubungan Timbal Balik Desa-Kota Pola interaksinya tidak hanya terbatas pada faktor ekonomi saja tetapi lebih dari itu pola interaksinya berlangsung dalam seluruh aspek kehidupan. Selain itu, interaksi ini akan memunculkan gerakan penduduk dari kedua tempat sebagai bentuk nyatanya. Pola pergerakan penduduk dari desa ke kota atau sebaliknya dapat dengan mudah dipelajari melalui pendekatan keilmuan geogafi. Karena pada dasarnya, pergerakan manusia tidak akan pernah luas dari aspek keruangan yang di dalamnya terkandung berbagai unsur baik unsur fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Sehubungan dengan adanya pola hubungan ini,Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung,sebagai contoh antara kota dan desa.Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut: 1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih 2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu : • Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk) • Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah • Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan dan sebagainya 3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh : • kota menjadi sasaran urbanisasi • terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda Dampak Interaksi Desa - Kota Interaksi antara dua wilayah akan melahirkan gejala baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Gejala tersebut dapat memberikan dampak bersifat menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif ) bagi kedua wilayah. Demikian pula halnya gejala interaksi antara dua desa dan kota. Di bawah ini kalian akan melihat tabel dampak interaksi desa – kota. Tabel Dampak Interaksi Desa - Kota No Dampak wilayah Positif Negatif 1 Desa • Meningkatnya Cakrawala pengetahuan penduduk desa • Terjadinya penetrasi kebudayaan dari kota ke desa yang tidak sesuai dengan tradisi masyarakat pedesaan. • Masuknya teknologi tepat guna ke desa meningkatkan produksi lahan dan berdampak meningkatnya pendapatan masyarakat • Terjadinya perubahan tata guna lahan yang dapat menimbulkan kerusakkan lingkungan • Terjadi perubahan tata guna lahan yang menguntungkan • Terjadinya kekurangan tenaga potensial di desa karena banyak yang berurbanisasi • Terjadi perkembangan sarana – prasarana transportasi penghubung desa dengan kota, sehingga desa tidak lagi terisolir • Kemungkinan banyaknya orang yang kembali ke desa akan menyebabkan semakin padatnya desa • Terbentuknya lapangan kerja alternatif di luar sektor pertanian • Masuknya barang – barang produksi industri yang terjadi tidak ada 2 Kota • Kemajuan bidang transportasi yang menghubungkan desa dengan kota • Munculnya daerah-daerah kumuh (slums area) akibat dari makin banyaknya pendatang. • Menyebabkan terpenuhinya kebutuhan bahan baku bagi proses produksi dan tenaga kerja • Tata ruang kota menjadi tidak ideal sebagai tata ruang kota yang dinamis • Tersalurnya hasil–hasil produksi di wilayah pedesaan • Masuknya orang dari berbagai daerah dan budaya, sangat potensial bagi munculnya konflik antar etnis • Masuknya penduduk dari berbagai daerah dan budaya melahirkan proses akulturasi antara berbagai kebudayaan tersebut. • Memungkinkan terjadinya pernikahan antar suku, yang akan meningkatkan rasa sebangsa dan setanah air. Faktor dan Aspek Interaksi Desa – Kota • Faktor- faktor Desa-Kota Faktor-faktor interaksi desa dan kota dikemukakan oleh Edward Ulman yang terdiri dari faktor - faktor, yaitu : 1. Adanya wilayah – wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah. 2. Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga) dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua wilayah. 3. Adanya kemudahan transfer/ pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana transportasi. Jadi semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin besar arus komoditas • Aspek Interaksi Desa - Kota Dalam interaksi desa – kota terdapat beberapa aspek penting yang timbul akibat interaksi tersebut. Aspek interaksi desa – kota adalah sebagai berikut: 1. Aspek Ekonomi, meliputi : • Melancarkan hubungan antara desa dengan kota • Meningkatkan volume perdagangan antara desa dengan kota • Meningkatkan pendapatan penduduk • Menimbulkan kawasan perdagangan • Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa 2. Aspek Sosial, meliputi : • Terjadinya mobilitas penduduk desa dan kota • Terjadinya saling ketergantungan antara desa dengan kota • Meningkatnya wawasan warga desa akibat terjalinnya pengaruh hubungan antara warga desa dengan warga kota 3. Aspek Budaya meliputi : • meningkatnya pendidikan di desa yang ditandai dengan meningkatnya jumlah sekolah dan siswanya yang bersekolah • Terjadinya perubahan tingkah laku masyarakat desa yang mendapatkan pengaruh dari masyarakat kota • Potensi sumber budaya yang terdapat di desa hingga melahirkan arus wisatawan masuk desa Teori Interaksi Desa - Kota Teori yang dikemukakan oleh William J. Reilly yaitu teori titik henti (breaking point theory). Teori ini merupakan teori yang mendukung interaksi desa-kota. Inti dari teori titik henti ini adalah “jarak titik henti atau titik pisah dari pusat perdagangan yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan itu, dan berbanding terbalik dengan satu di tambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota atau wilayah yang lebih sedikit penduduknya.” Secara sistematis, teori titik henti ini dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: DAB = Lokasi titik henti, yang diukur dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih kecil dAB= Jarak dari kota A ke kota B PA= Jumlah penduduk kota A yang lebih besar Pb= Jumlah penduduk kota B yang lebih kecil Contoh soal: Jumlah penduduk kota A = 20.000 orang, kota B = 10.000, Jarak kota A dengan kota B adalah 50 Km. dari data tersebut, berapa jarak lokasi titik henti antara kota A dan kota B? Penyelesaian contoh soal: Diketahui : dAB = 50 Km PA= 20.000 Orang PB = 10.000 Orang Ditanyakan DAB ? Jawab : Jadi lokasi titik henti antara kota A dan B adalah 20,74 km diukur dari kota B.

filsafat pendidikan

A. Pengertian Progresivisme Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam filsafat pendidikan progrevisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemelihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Aliran progresivisme biasanya dihubungkan dengan pandangan hidup Liberal. Yang dimaksudkan dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open minded (berpikiran terbuka). Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi rahasia-rahasia alam, sanggup menguasai alam, akan tetapi disamping keyakinan-keyakinan ini ada juga kesangsian. Apakah manusia dapat belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan dalam hal ini. Tetapi meskipun demikian progresivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya, lingkungan alam dan lingkungan manusia. B. Progresivisme sebagai Aliran Filsafat Pendidikan Menurut progresivisme proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpenggaruh di Amerika, yaitu psikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme. Dari segi sosiologis pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya. Menurut Dewey Pendidikan adalah alat kebudayaan yang paling baik. Dengan pendidikan sebagai alat manusia dapat menjadi ”the master not the slaves of social as well as other kinds of natural change”. Tujuan umum pendidikan adalah warga masyarakat yuang demokratis. Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang terpisah, melainkan harus diusahakan terintegrasi dalam unit. Karena perubahan yang selalu terjadi, maka diperlukan fleksibilitas adalam pelaksanaannya, dalam arti tidak kaku, tidak menghindar dari perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu, bersifat ingin tahu, toleran, dan berpandangan luas serta terbuka. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, Karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan experimentalisme karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Progresivisme dinamakan Enviromentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. C. Ciri-Ciri Berfikir Progresivisme dalam Filsafat Pendidikan Berfikir Progresivisme menyangkut beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Mengenai Realita dan Pengalaman. 2. Mengenai Pengetahuan 3. Mengenai Nilai 4. Mengenai Belajar 5. Mengenai Kurikulum 6. Mengenai Pendidikan D. Perkembangan Aliran Progresivisme Manusia dulunya selama berabad-abad menghadapi dunia ini hanya dengan ototnya. Akan tetapi tidaklah begitu banyak membuahkan hasil sebelum lahirnya ilmu pengetahuan yang teratur. Tatkala manusia telah mulai menyadari alangkah hebatnya tenaga yang mereka miliki ketika mereka mempergunakan otak mereka sejalan dengan tangan, dan anggota mereka, maka terbayanglah kepada mereka bahwa dunia ini dapat mereka perbaiki. Tetapi bukanlah karena kesadaran yang datangnya secara berangsur-angsur ini, bahwa ide tentang “kemajuan” atau “progress” pada akhirnya tumbuh. Demikianlah kata kemajuan atau progress itu merupakan suatu ungkapan yang sekarang sudah demikian dekat dengan kita tanpa perlu di perselisihkan lagi. Adapun garis perkembangan progresivisme dapat ditarik jauh ke belakang sampai zaman Yunani purba, meskipun baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19. Akar perkembangan progresivisme dapat dilacak hingga tokoh-tokoh filosof Yunani seperti : • Heraklitus (544-484 SM). Akar proresivisme dalam filsafat Herakllitus dapat terbaca pada salah satu pemikirannya yaitu bahwa “Sifat yang terutama dari realita adalah perubahan”. • Protagoras (480-410 SM). Ia seorang sophis yang mengajarkan bahwa “Kebenaran dan Norma atau nilai (Value) tidak bersifat mutlak melainkan relative (yaitu bergantung pada waktu dan tempat)”. • Socrates (469-399SM). Dia yang berusaha menyatukan epistimologi dengan aksiologi. Ajarannya bahwa “pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan, yang berarti bahwa kekuatan intelektual dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan”. • Aristoteles (383-322 SM). Ia menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah, bukan jalan ekstrim dalam kehidupan). Menghindari ekstrimitas manusia dapat menggagas perubahan dan kemajuan progress secara lebuh jernih sehingga sikap moderasi merupakan salah satu langkah menuju kemajuan. Filosof abad ke-16 yang juga memberikan dasar-dasar bagi perkembangan progresivisme adalah : • Francis Bacon (1561-1626 M). ia memberikan sumbangan pemikiran dalam proses terjadinya aliran progresiveisme, yaitu dengan usahanya untuk memperbaiki dan memperluas metode eksperimental (metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan alam). • John Locke (1632-1704 M). konsepnya tentang progresivisme dapat dilacak dalam ajarannya mengenai kebebasan politik. • Jean Jaques Rousseau (1721-1778 M). konsepnya tentang progresivisme yang lahir sebagai makhluk yang baik; artinya kebaikan berada dalam manusia melulu karena kodrat yang baik dari para menusia. Karena itu pastilah ia menghendaki kemajuan. • Immanuel Kant (1724-1804 M). ia berpandangan bahwa memuliakan manusia, menjunjung tinggi kepribadian manusia, memberi martabat adalah suatu kedudukan yang tinggi. Karena itu, sejalan dengan konsep progresivisme yang selalu menghendaki perubahan dan kemajuan. • Hegel. Ia mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan gerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya. Dalam abad ke-19 dan ke-20, tokoh-tokoh progresivisme terutama terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson, memberikan sumbangannya karena mereka percaya akan demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Meskipun tokoh-tokoh progesivisme yang terkenal ada di Amerika, namun sejak perang dunia I, di Amerika sudah ada sejenis perang dingin di bidang filsafat pendidikan antar pengikut-pengikut mazhab “progresiv”. Mazhab progresiv mempertahankan bahwa sekolah itu harus mencerminkan keadaan masyarakat sekelilingnya dan anak-anak harus dipersiapkan menjadi warga yang baik bagi masyarakat kelak. Progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar dalam dunia pendidikan pada abad ke 20, karena telah meletakan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tana terhambat oleh rintangan yang di buat oleh orang lain. Oleh karena itu progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter, sebab pendidikan yang otoriter akan mematikan tuans-tutas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran, dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik. Semua ini berkat jasa-jasa John Dewey sehingga progresivisme amat besar pengaruhnya dalam setiap pembaharuan di bidang pendidikan.

Jumat, 15 Juli 2011

Merajut Asa Masa Depan Anak Jalanan











SELASA (5/4) selepas Magrib,  Lindah (21) bergegas dari rumah kontrakannya di Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, menuju sebuah lokasi belajar anak-anak jalanan di Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat. Tak lama tiba di tempat, ia langsung disambut sekitar 30-an anak jalanan, yang pada malam itu bersiap untuk belajar.
Assalamu’alaikum, Kak Lindah,” sapa Diki (12), salah satu anak jalanan, yang segera menyalaminya di depan pintu, diikuti anak-anak lain. Lindah pun tersenyum seraya menjawab salam.
Lindah, mahasiswi Jurusan Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (KI/MP FITK) semester delapan, malam itu mendapat giliran untuk mengajar anak-anak jalanan. “Sudah lebih setahun ini saya menjadi guru relawan,” katanya.
Di tempat itu, Lindah tidaklah sendirian. Ada lima guru relawan lain yang sudah lebih dahulu tiba. Mereka memiliki tugas yang sama: membina anak-anak jalanan. “Setiap malam selama sepekan kami bergantian mengajari mereka (anak-anak jalanan, Red). Jumlah guru yang terlibat dalam semalam tidak tentu. Semua bergantung pada kesempatan saja,” terang Lindah, yang pada malam itu memperoleh giliran mengajari menulis dan membaca al-Qur’an.
Tepat pukul 19.00 WIB, pelajaran pun dimulai, dan anak-anak sibuk mencatat serta menyimak.
Lokasi belajar anak-anak jalanan itu berada di sebuah rumah kontrakan di Jalan Bhineka, Gang Haji Mukhtar, Ciputat. Luasnya tak seberapa, yakni hanya 4 x 4 meter. Jangan bayangkan bagaimana anak-anak itu belajar. Mereka cukup duduk lesehan dan bahkan saling berdesakan.
Tak hanya itu, penerangan ruangan juga sangat kurang memadai. Selain cuma satu lampu pijar yang terpasang, cahayanya pun sedikit redup sehingga menyulitkan mata melihat. Belum lagi ditambah bau keringat dari anak-anak yang kadang belum sempat mandi atau terkadang muncul aroma tak sedap dari balik kamar mandi yang tak jauh dari ruangan itu.
Meski begitu, toh, semua tak menyurutkan semangat anak-anak belajar. Mereka justru antusias sekalipun waktu belajar kadang sampai larut malam. Begitu pun dengan para pengajar, mereka tetap sabar dan tekun mengajar.
“Ya memang sudah seperti itu keadaannya,” ujar Diki Komaruzaman (23), koordinator tim guru relawan, ikut menerangkan.
Diki menjelaskan, para guru relawan yang mengajar adalah mahasiswa UIN Jakarta dari beberapa fakultas dan jurusan. Bahkan ada di antaranya dari Universitas Mercu Buana Jakarta. Mereka tergabung dalam wadah Lingkar Samudera Belajar (LSB) yang didirikannya pada awal tahun 2010.
Awalnya, menurut Diki, komunitas anak jalanan itu dibina di sebuah organisasi ekstra kampus yang bermarkas di kompleks dosen UIN Jakarta, masih di tahun 2010. Sayang, belajar di tempat itu hanya berlangsung selama tiga bulan. “Setelah itu kami mencari tempat lain, hingga akhirnya memilih rumah kontrakan di Ciputat,” ujar mahasiswa Jurusan KI/MP FITK semester akhir ini. Rumah kontrakan itu, diperoleh dari hasil menyewa secara patungan tiap bulannya. “Harga sewanya per bulan sebesar Rp 350.000,” imbuhnya.
Ia juga menuturkan, munculnya ide mendirikan LSB itu berawal dari keprihatinnya terhadap anak-anak jalanan di Ciputat yang --dari tahun ke tahun-- jumlahnya terus meningkat. Selain itu anak-anak itu juga kurang mendapat perhatian, terutama dari segi pendidikan. ”Masalah mereka kompleks. Rata-rata karena himpitan ekonomi atau berasal dari keluarga bermasalah, sehingga banyak yang terpaksa harus putus sekolah. Padahal masa depan mereka masih panjang,” jelasnya.
Sejak itu, Diki kemudian berinisiatif mengajak beberapa teman satu kampus untuk membina anak-anak jalanan. Gayung pun bersambut hingga program itu akhirnya berjalan lebih dari satu tahun sampai sekarang. Menurut Diki, jumlah guru relawan yang turut terlibat membina tercatat ada 15 orang, semuanya berstatus mahasiswa.
Adapun mengenai anak-anak jalanan, berdasarkan data yang dihimpun LSB, sebagian besar berprofesi sebagai pengamen, terutama di kawasan Jalan Pesanggrahan yang bersebelahan dengan kampus UIN Jakarta. Di luar kawasan itu, mereka mengamen di Pasar Ciputat, Pasar Jumat, Pasar Rebo, dan bahkan sampai di Senayan. Sementara usia mereka berkisar antara lima hingga 17 tahun atau usia SD hingga SMA.
Konon, karena ”wilayah operasional” yang tersebar tersebut, tak mudah mengumpulkan mereka untuk belajar tepat waktu. Malah kadang-kadang ada beberapa di antara mereka terpaksa tidak ikut lantaran masih di jalanan atau dalam perjalanan pulang.
”Mereka sebenarnya rata-rata tinggal di kawasan Ciputat. Cuma, ya itu tadi, karena operasi kerja mereka banyak yang jauh, para pengajar pun selalu dituntut untuk bersabar menunggu,” ungkap Diki. Untuk kelancaran belajar itu, tim sendiri telah membuat jadual rutin, yakni antara pukul 19.00 hingga 20.30 setiap hari selama sepekan. Namun, mengingat ruangan yang sempit, anak-anak jalanan itu belakangan dipecah menjadi dua kelompok. Begitu pun jadualnya ditambah sore hari mulai pukul 16.00 hingga 17.30.
Selama belajar itu, anak-anak jalanan diberikan beragam pendidikan. Untuk bidang keilmuan mata pelajarannya adalah agama, matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, IPS, IPA, dan sejarah. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler, terdapat pelajaran menulis, menari, teater, dan kerajinan tangan.
“Sehari diberikan dua mata pelajaran. Alhamdulillah, selama ada tim guru relawan yang melakukan pendampingan, anak-anak jalanan itu terlihat senang dan tetap bersemangat. Cuma sayang warga sekitar belum banyak yang peduli,” kata Diki.
Diki dan guru-guru relawan berharap ke depan ada di antaranya yang menjadi donatur. Terutama untuk sewa rumah kontrakan atau pemberian fasilitas dalam bentuk lain, mengingat masa depan anak-anak itu yang masih panjang. (ns)